Bogor - Kondisi kawasan hutan lindung di Gunung Halimun dan Gunung Gede, Kabupaten Bogor, semakin hari semakin rusak akibat penebangan pohon secara sporadis yang dilakukan warga dan sejumlah pengusaha kayu yang ada di sekitar gunung itu.
Rusaknya hutan-hutan tersebut telah membuat sejumlah warga di tiga wilayah yakni Kecamatan Cigudeg, Sukajaya dan Jasinga yang berada di pinggiran Sungai Cidurian sangat khawatir. Hal ini karena sungai tersebut berhulu di Gunung Halimun. Menurut mereka, gundulnya hutan telah membuat sisi sungai sangat rawan banjir.
”Kalau melihat kerusakan hutan saat ini, kami sangat khawatir kalau sewaktu-waktu banjir bandang terjadi dan menimpa warga. Untuk itu, kami sangat berharap ada sikap tegas pemerintah menghentikan penebangan pohon di Gunung Halimun dan Gunung Gede,” ujar Gunawan, warga Kampung Ciasahan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg yang ditemui SH, Minggu (9/7).
Dia menjelaskan, tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang di Sungai Cidurian sering terlihat ketika hujan deras mengguyur kawasan Gunung Gede, Gunung Halimun dan sekitarnya. Permukaan air Sungai Cidurian naik tinggi melebihi ketinggian permukaan air tersebut pada tahun-tahun sebelum terjadinya pembabatan hutan.
“Saya sudah melihat kenyataan itu. Sekitar tiga bulan lalu, hujan melanda wilayah Cigudeg. Daerah ini diguyur sekitar tiga jam, tapi dampak yang terjadi luapan sungai Cidurian menggenangi ratusan hektare sawah, termasuk rumah-rumah yang posisinya berdekatan dengan sungai ikut terendam. Kejadian seperti itu belum pernah terjadi sebelum adanya penebangan hutan,” jelas Endang.
Ungkapan senada disampaikan Sahroni, warga lainnya. Menurutnya, penebangan pohon di kawasan hutan di Gunung Halimun dan Gunung Gede harus segera dihentikan. ”Pencurian kayu di tengah hutan sudah tidak terkendali lagi. Warga menebang pohon hingga ke tengah hutan untuk dijual ke pengusaha kayu dengan harga Rp 20.000 per pohon. Kayu yang mereka potong antara lain kayu jejeng dan puspa,” tambah Endang.
Rusaknya hutan-hutan tersebut telah membuat sejumlah warga di tiga wilayah yakni Kecamatan Cigudeg, Sukajaya dan Jasinga yang berada di pinggiran Sungai Cidurian sangat khawatir. Hal ini karena sungai tersebut berhulu di Gunung Halimun. Menurut mereka, gundulnya hutan telah membuat sisi sungai sangat rawan banjir.
”Kalau melihat kerusakan hutan saat ini, kami sangat khawatir kalau sewaktu-waktu banjir bandang terjadi dan menimpa warga. Untuk itu, kami sangat berharap ada sikap tegas pemerintah menghentikan penebangan pohon di Gunung Halimun dan Gunung Gede,” ujar Gunawan, warga Kampung Ciasahan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cigudeg yang ditemui SH, Minggu (9/7).
Dia menjelaskan, tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang di Sungai Cidurian sering terlihat ketika hujan deras mengguyur kawasan Gunung Gede, Gunung Halimun dan sekitarnya. Permukaan air Sungai Cidurian naik tinggi melebihi ketinggian permukaan air tersebut pada tahun-tahun sebelum terjadinya pembabatan hutan.
“Saya sudah melihat kenyataan itu. Sekitar tiga bulan lalu, hujan melanda wilayah Cigudeg. Daerah ini diguyur sekitar tiga jam, tapi dampak yang terjadi luapan sungai Cidurian menggenangi ratusan hektare sawah, termasuk rumah-rumah yang posisinya berdekatan dengan sungai ikut terendam. Kejadian seperti itu belum pernah terjadi sebelum adanya penebangan hutan,” jelas Endang.
Ungkapan senada disampaikan Sahroni, warga lainnya. Menurutnya, penebangan pohon di kawasan hutan di Gunung Halimun dan Gunung Gede harus segera dihentikan. ”Pencurian kayu di tengah hutan sudah tidak terkendali lagi. Warga menebang pohon hingga ke tengah hutan untuk dijual ke pengusaha kayu dengan harga Rp 20.000 per pohon. Kayu yang mereka potong antara lain kayu jejeng dan puspa,” tambah Endang.
Kabag Humas Pemkab Bogor, HM Sjahuri yang dihubungi SH, Senin (10/7), menyatakan kerusakan hutan di Gunung Halimun dan Gunung Gede sepenuhnya tanggung jawab pemerintah pusat.
Sinar Harapan, 10 July 10, 2006
Oleh Periksa Ginting
Oleh Periksa Ginting