Tuesday, April 22, 2008

EARTH DAY 38th



»»  read more...

Salah Satu Cara Menyikapi Masalah Sampah

Sampah, demikian segala sesuatu yang dianggap tidak memiliki manfaat lagi, Tempat akhirnya adalah keranjang sampah,.. Perlakuan yang sangat pendek terhadap sampah, padahal proses akhirnya tidak sampai disitu saja.
Aktifitas manusia, di rumah, di perjalanan, di tempat bekerja, sekolah, rekreasi, dan dimanapun bisa saja menghasilkan sampah. Coba kalau kita mau menghitung-hitung. Semenjak bangun tidur dan sarapan, sudah ada tissue terbuang, sisa-sisa sayuran, kulit telur, atau sisa teh sebagai sampah pertama kita di pagi hari. Kemudian di sekolah atau tempat bekerja, mungkin anda akan membuang plastik pembungkus roti, atau botol minuman ke tempat sampah.
Pekerjaan saya sekarang di rumah, memasak, membersihkan rumah, mengurus anak dan suami. Karena itu sekarang saya bisa menghitung-hitung banyaknya sampah yang saya hasilkan setiap harinya. Sampah basah (potongan-potongan sayur, kertas, pampers) dan sampah plastik masing-masing satu kantong saya buang setiap hari. Di tempat saya tinggal ada 4 gedung dengan ratusan kamar. Terbayang gak ya, setiap hari setiap orang membawa paling tidak 2 bungkusan sampah untuk dibuang. Kalau terkumpul paling2 hanya memenuhi setengah ruangan kamar. Tidak terlalu banyak, ¡Kkalau sampah-sampah ini cepat dipindahkan¡K. (Dibuang lagi ?!.. Kemana ??)
Penanganan sampah plastik dan sampah-sampah lain yang masih bisa dimanfaatkan ulang di Indonesia tampaknya telah menjadi suatu lahan usaha. Karena memang sebenarnya masih memiliki nilai ekonomi. Saya berharap para pengusaha sampah daur ulang ini kelak bisa memiliki perusahaan yang lebih besar Bisa memiliki pabrik daur ulang untuk plastik, gelas, dan sebagainya. Kalau perlu mengimpor sampah sebagai bahan bakunya, tapi bisa mengekspor hasil daur ulangnya dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi !!!! (*Tapi jangan asal terima sampah ! Nanti malah ketimbun sama sampah, hiii¡K!! Juga limbah pabrik daur ulangnya harus dikontrol)
Penanganan sampah di Jepang, setahu saya pun beragam caranya. Di beberapa kota, sampah ditangani seperti di Indonesisa. Sampahnya bisa dicampur. Mungkin karena jumlah penduduknya tidak sebanyak di Tokyo (yang paling padat penduduknya), sehingga penanganan oleh kota setempat bukan masalah besar. Di setiap tempat di Tokyo tersedia 3 macam kotak sampar berjejer bertuliskan Combustimble (terbakar), Incombustible (plastic, tidak terurai), dan Bottles/Cans (botol minuman-plastik dan atau kaleng). Perjalanan sampah-sampah ini, pada hari-hari tertentu diangkut oleh petugas kebersihan kota untuk dibawa ke pabrik pengolahan. Pada hari Senin dan Rabu misalnya, petugas datang mengangkut sampah terbakar untuk dibawa ke pabrik pembakaran. Pernah lihat di tivi, tempat pembakarannya besar dan dalam sekali. Luasnya mungkin seluas lahan di DAR¡@! Sedangkan sampah plastik dibawa langsung ke pabrik daur ulang. Di sana, sampah-sampah dipisahkan secara manual, mana tahu tercampur oleh sampah lainnya.. Kemudian langsung diproses, dimasukkan ke dalam silinder untuk dipisahkan dari kotoran2, terus dihancurkan sehingga siap dijadikan bahan daur ulang.
Tokyo selalu terlihat bersih dan rapih. Di Jakarta ? Melihat gedung2 tinggi dan megah tersaput kabut polusi,..uhuk..uhuk.. !!! (halah¡Kudah biasa oge). Juga menilik sisi lainnya ada isu-isu kurangnya lahan bermain untuk anak, perkampungan kumuh, bedeng-bedeng di pinggiran sungai. Mungkin Negara kita yang terus saja sedang berkembang, masih jauh kah menjadi Negara yang maju ? Setidaknya Jakarta yang menjadi `muka` Indonesia bisa cukup indah dan enak dilihat oleh dunia. Tidak lecek, becek, dan kedatangan banjir setiap tahun !
Mungkin kesadaran dan pemahaman mengenai sampah dan lingkungan pada umumnya belum cukup dimiliki oleh sebagian besar penduduk Indonesia dan Jakarta khususnya. Meski belum semaju Jepang, kita harus bisa mengelola sampah ! Kalau dulu, lahan masih banyak, sampah bisa dibuang dimana saja. Sekarang pemukiman sudah memadat, penduduk juga pasti bertambah banyak. Tempat pembuangan akhir sampah (TPA atau TPS, ..koq kayak Tempat Pemungutan Suara yah ??!) pada akhirnya jadi sumber ketegangan antara penduduk dan pemerintah setempat. Kedua pihak seharusnya sama-sama memahami. Pemerintah setempat hendaknya memikirkan cara2 menangani sampah dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak tahu caranya kan ahli lingkungan dan ahli sampah kita banyak ??!!! Kalau tidak ada duitnya ?? Bagaimana ya ?? Sepertinya masih banyak jalan asal kita memang mau menata hidup sehat, bersih, dan lebih baik.
TPA menjadi sumber bau, sumber penyakit, tapi juga jadi sumber penghasilan ya, untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan. Memfungsikan TPA dengan sedikit memperbaiki keadannya oleh kita (orang biasa dan warga biasa) mungkin bisa sedikit membantu berbagai pihak. Kalau memang kenyataan perlu waktu untuk menjadi sesuai harapan, apakah kita tidak bisa memulainya dari sekarang ? Saya ingin menuangkan ide.¡@Manatahu teman2 sudah mengerjakannya lebih dahulu daripada tulisan saya ini. Mudah2an saya bisa juga melaksanakannya di tempat tinggal saya nanti.
Yang menjadi sumber bau adalah terdekomposisinya sampah-sampah organik. Namun sayangnya sampah-sampah itu tercampur oleh plastik, dan bahan-bahan lain yang sulit terurai. Sehingga apabila penanganannya dilakukan dengan penimbunan, malah akan timbul masalah lain. Oleh karena itu, apabila sampah bisa ditangani dengan baik dari awal alangkah baiknya.
Saya ingin mengajak teman-teman untuk memulai kebiasaan membedakan jenis sampah. Sampah plastik, buanglah pada tempat sampah tersendiri. Begitu juga dengan sampah organik. Tempatkan pada tempat tersendiri. Biasanya sampah akan diangkut oleh petugas sampah setiap hari bukan ? Jika anda berbaik hati, sediakan dus/ tempat sampah tambahan di luar rumah anda untuk membedakan sampah plastik dan sampah terbakar. Pastinya ini juga akan membantu pemulung sampah yang mencari bahan daur ulang. Ketika anda melakukannya pertama kali, anda harus bisa melakukannya terus !! Karena hal ini bukanlah suatu kebiasaan untuk kita, juga untuk orang-orang di sekeliling kita, mungkin saja akan ada keluhan tentang kerepotan dan sebagainya.
Saya melihat beberapa kebaikan dari penanganan sampah sedari awal seperti ini.
  1. Dengan membedakan sampah terurai dan tidak terurai akan sangat membantu penanganan sampah selanjutnya
  2. Sampah plastik nantinya akan ditangani tersendiri oleh para pengumpul
  3. Sampah terurai bisa anda manfaatkan untuk dibuat kompos, atau kalau pun tidak nantinya sampah akan dibuang ke TPS
  4. Jika sampah organik dapat dikumpulkan, atau diorganisir pengumpulan komposnya, kelak dapat juga menjadi lahan bisnis

Jika anda ingin terus,¡K mungkin anda bisa menilik tempat pengumpulan sampah. Jika memang petugas sampah mengumpulkan untuk satu wilayah kelurahan, mungkin anda bisa melobi Bapak-bapak yang berkepentingan dan mengajukan proposal mengenai pengelolaan sampah untuk wilayah anda tinggal.
Sudah pasti lahan-lahan yang ada sekarang dimanfaatkan sebagai pemukiman,¡K. tak ada lagi lahan yang dikhususkan bagi pengelolaan sampah,¡K nantinya sungai2 dan jalanan akan jadi tempat sampah. Sayang sekali ya¡K padahal pengelolaan sampah yang baik dari sekarang (kalau perlu tempat permanent), bukan macam lahan berpindah, gali dan timbun lubang, kelak menghemat pemikiran dan tenaga kita semua,.. tidak perlu rebut soal bau, tidak perlu cari2 lahan lagi, yang barangkali sudah gak ada, diborong developer semua ! Kalau satu masalah soal sampah selesai, selanjutnya bisa memikirkan urusan yang lain.

(Kiriman dari Opi : Bagi-bagi cerita di Jepun)

»»  read more...