Saturday, May 20, 2006

Menhut Tak Ingin Gajah Sumatera Punah

Pekanbaru, (Analisa) May 15, 2006

Menteri Kehutanan (Menhut) MS Ka’ban menyatakan pihaknya tidak ingin gajah Sumatera yang kini terancam habitatnya, serta diambang kepunahan. Penyebab terancamnya populasi gajah ini akibat kawasan hutan yang berubah fungsi menjadi areal perkebunan.

“Kita tidak ingin nasib gajah Sumatera ini seperti harimau Jawa. Harimau Jawa kini sudah punah dan hanya tinggal kenangan,” tuturnya kepada wartawan, Rabu (10/5) malam.

Seperti halnya harimau Sumatera, populasi gajah juga diperkirakan berkisar 200 sampai 400 ekor. Untuk mengantipasi agar kedua hewan langka itu tidak punah, pemerintah dan Pemerintah Provinsi Riau telah mengalokasikan daerah untuk kedua satwa tersebut.

Dalam kesempatan itu, Menhut menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada Kapolda Riau yang telah menangkap dan menahan orang-orang yang memburu gajah. Pemburu gajah itu hanya mengharapkan gadingnya saja.

Pemerintah juga, kata Ka’ban, menyetujui perluasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). SK persetujuan tersebut tinggal menunggu hari dan siap disahkan.

“Kita sudah setujui untuk perluasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh,” tuturnya.

Sebagai bukti persetujuan pemerintah pusat, imbuhnya, sudah keluar SK dari Menteri Permberdayaaan Aparatur Pemerintah (Menpan) untuk pengakatan pegawai yang akan bertugas di Unit Pelayan Terpadu (UPT) untuk TNBT. “Menpan sudah setuju dibentuk UPT di TNBT,” tegasnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Anton Apryantono menyebutkan, kematian gajah di Riau sempat menjadi isu dari berbagai NGO internasional dan hal itu membuat tekanan khusus pada sentimen pasar terhadap minyak sawit.

Sebelumnya, perburuan Orangutan di Indonesia sempat menjadi perhatian dunia internasional. Masalah ini kemudian menjadi alat oleh negara-negara tertentu untuk mendekan harga Crude Palm Oil (CPO) 6-8 dolar AS per tonnya.

“Sekarang ketika terbetik berita tentang kematian 15 ekor gajah beberapa waktu lalu di Riau, harga CPO sempat mengalami ancaman. Tetapi untung saja hingga kini harga tidak mengalami penurunan dan cenderung stabil,” kata Anton. (dw)

No comments: